Deskripsi

Lukisan ini adalah pandangan saya terhadap realita yang ada, baik yang terlihat maupun yang tidak
terlihat dengan mata biasa, terbentuk dari susunan elemen yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Secara umum, alam semesta dibangun dari susunan elemen partikel yang saling
berhubungan ini.

Semua makhluk hidup, benda mati, sistem aturan, norma dan seterusnya
terbentuk dari susunan unsur-unsur yang saling berkaitan. Semuanya adalah sistem yang lengkap.
Gangguan pada salah satu sistem akan mempengaruhi bagian lainnya. Kehidupan dengan segala
isinya juga terbentuk dari jaringan, struktur, bagian, yang saling mempengaruhi dan saling
berhubungan.

Kesimpulannya, tidak satupun dari bagian yang ada tidak berguna. Semuanya
memiliki arti dan kegunaan, tidak ada yang sia-sia untuk mengetahui apa adanya benar, pasti ada
kebalikan dari apa yang benar. Identitas dapat diperoleh dari perbedaan. Ke menentukan warna
putih karena warna hitam, menentukan gelap karena terang, dan sebaliknya dan seterusnya. Semua
mendapat kelayakan dan fungsional.

Setiap orang memiliki perannya masing-masing. Saya pikir
dengan seperti itu pandangan alam semesta akan ada harmonisasi karena itulah yang kita tuju.
Lukisan ini adalah pemahaman saya tentang kehidupan dalam segala bentuknya dan bagaimana
kita harus memperlakukannya.

Statement Pelukis

Saya percaya bahwa saya dilahirkan untuk menjadi pelukis. Saya merasa
ketika keinginan untuk melukis seperti energi yang bergejolak dalam pikiran
saya yang harus segera saya tuangkan ke kanvas karena jika keinginan dan
dorongan tidak segera dituangkan ke kanvas seperti ada sesuatu yang membebani pikiran dan menyiksa saya. Melukis tidak harus terikat dengan bentuk yang kaku dan baku. Lukisan
adalah gelombang aliran yang muncul dalam pikiran dan perasaan dan
menuangkannya secara bebas di atas kanvas tanpa terikat pada bentuk-bentuk baku tersebut.
Melukis bagi saya bukan hanya tentang membuat bentuk dan warna. Melukis
adalah melakukan apa yang diperintahkan hati dan jiwa secara jujur dan
terbuka, ini adalah pemikiran saya tentang kebebasan dalam berkreasi. Dan
itu penting.

Menurut saya yang terpenting dalam sebuah karya seni bukanlah
pada bentuk yang indah dan proporsional maupun komposisi dan
perspektifnya, karena menurut saya seni adalah solusi, catatan dan
dokumentasi perjalanan batin yangdi dapat dari indera dalam perjalanan
kehidupan sehari-hari. Selain itu, karya seni harus dapat berfungsi sebagai
sarana pendidikan dan dapat memberikan solusi atas tantangan dan
tuntutan hidup yang semakin sulit.

Saya melukis tidak terikat dengan teknik yang monoton, ada kalanya saya
juga menggunakan teknik imfasto, tapi itu tidak selalu dilakukan. Dalam
setiap lukisan, saya terus mencoba dan bereksperimen dengan cara
menggabungkan gaya-gaya yang ada dalam lukisan, ada beberapa lukisan
saya yang merupakan hasil perpaduan antara kubisme dan dekoratif. Juga,
terkadang dalam satu lukisan ada beberapa gaya yang digabungkan dalam
satu kanvas.

Biografi Pelukis

Ricon Ibdar lahir di Padang, Sumatera Barat, pada 21 Januari 1968. Saya berasal dari
Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia, dan saat ini tinggal di Bandung, Jawa Barat. Lahir sebagai
anak sulung dari tujuh bersaudara. Orang tua saya, ayah Ahadi Ibrahim, adalah pensiunan Kepala
Kepolisian Sektor Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi
Sumatera Barat. Dan ibu saya yang bernama Syamsidar adalah seorang pensiunan guru di
Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Dari ketujuh bersaudara itu, hanya saya
sendiri yang menjadi pelukis.
Pendidikan saya :
TK Bhayangkari di Padang
SD Negeri Parit Malintang sampai kelas 3,
kemudian pindah ke SD Negeri di Kota Pariaman sampai kelas 5,
dan pindah lagi ke SD Negeri Parit Malintang sampai kelas 6.
SMP Negeri di Lubuk Alung hanya 7 bulan dan pindah lagi ke SMP Negeri I di Kota Solok sampai
kelas 2, dan pindah lagi ke SMP Negeri Lubuk Alung sampai kelas 3.
SMA Negeri Lubuk Alung hanya 4 bulan, dan berlanjut di SMA Negeri Sungai Limau hingga tamat.
Saya sering pindah sekolah karena mengikuti orang tua saya yang sering berganti pekerjaan sebagai
polisi.Kuliah di Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi.

Melukis adalah kesenangan sejak kecil, kemanapun saya pergi, saya tidak bisa lepas dari
menggambar atau melukis. Pada usia 10 tahun, pemenang pertama dalam menggambar
diselenggarakan oleh Persatuan POLRES Bhayangkari, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera
Barat. Kemudian di usia yang sama, runner-up pertama undian tingkat Provinsi Sumatera Barat
diselenggarakan oleh Bhayangkari POLDA Sumatera Barat. saya mulai melukis dengan cat minyak
pada usia 18 tahun dan terus melukis hingga sekarang.

Saya pernah berwirausaha selama kurang lebih 17 tahun, selama saya berwirausaha saya tetap
melukis, selalu menyempatkan diri untuk melukis. Dan selama itu pula saya menyempatkan diri untuk
belajar melukis di Bali selama kurang lebih 2 tahun (1993-1995). Saya suka traveling, dan pertama
kali belajar traveling sendirian di usia 15 tahun dari Padang ke Malang, setelah itu ada beberapa
kota yang pernah saya tinggali yaitu Bogor, Jakarta , Bandung, Pakanbaru, Yogyakarta, Medan,
Lampung dan Bali.

Saya senang berorganisasi, dan organisasi yang pernah saya ikuti adalah:
Forum Komunikasi Putra dan Putri Purnawirawan TNI POLRI (FKPPI), sebagai sekretaris di
Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI) di Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi
Sumatera Barat.
Karang Taruna, sebagai Sekretaris di Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.

Hobi : Membaca, Musik, Memasak, khususnya masakan asli Minangkabau, traveling, Radio 2 Meter-Orari.
Karena melukis sudah menjadi bagian dari jiwa dan bakat saya, keinginan untuk melukis tidak pernah
berhenti, saya akhirnya memutuskan untuk menjadi seniman pelukis pada tahun 2012 dan saya
menghentikan semua kegiatan lainnya dan kemudian melukis sepenuhnya. Saya melukis secara
otodidak, yang sumber inspirasi melukis saya adalah pengalaman hidup yang saya jalani. Pelukis
yang saya kagumi adalah Picasso, Van Gogh, Gustav Klimt, Caravaggio, Rembrant, Salvador Dali,
Affandi dan Nashar.

Pada tanggal 23 Agustus 2019 saya berangkat ke Bandung dan menikah di Bandung dengan Ati
Suciati, wanita sunda asal Bandung, Jawa Barat, setelah menikah saya melanjutkan perjalanan
berkarya di Bandung hingga sekarang.

Dalam menjalani karir sebagai pelukis, banyak pengalaman batin yang saya rasakan, dan saya harus
menanggapinya dengan pengertian dan kebijaksanaan, karena lukisan saya tidak mendapat tempat
di hati orang-orang yang saya tinggali, saya lukisan dianggap aneh dan asing. Meski begitu, saya
yakin ide dari setiap lukisan yang saya buat tidak sia-sia. Namun ada satu hal yang membuat saya
senang, yaitu mendapat dukungan penuh, baik moril maupun materil, dari Ati Suciati, istri saya,
dalam proses kekaryaan saya dalam melukis.

Pengalaman Pameran :

– Sumatra Biennale 1 – 9 Nov 2018 at the West Sumatra Cultural Park Gallery
– Silek Arts Festival 20-30 August 2019 at the West Sumatra Cultural Park Gallery
– West Java Art Online Exhibition of Fine Arts for West Java Artists 26 June – 26 July
2020
– Art Exhibition On Line Imaji: Empathy from Isolation Room 9 – 16 September 2020
– Joint Exhibition at the 2nd IPI Grand Fine Arts Exhibition in Jogjakarta Obah Owah
– West Sumatran Fine Arts Exhibition. Minangkabau Now, Payakumbuh 8 – 13
November 2021
– PameranTunggal I, ORNAMEN TANAH SURGA, 6 – 17 Juli 2022 di Galeri Pusat
Kebudayaan Bandung Jawa Barat

Share:

TOP